Adik-adik tercinta, kita membutuhkan panduan untuk menunjukkan arah
ketika bepergian ke negara lain, atau ke kota lain. Apalagi jika kita tidak
mengetahui tempat yang kita tuju, jelas kita harus memiliki sebuah kompas dan
peta. Peta memperlihatkan pada kita di mana kita berada dan menunjukkan arah
yang dituju. Kita menemukan jalan dengan menggunakan peralatan-peralatan ini,
dan bertanya pada orang lain sehingga tidak tersesat.
Pernahkah kalian memikirkan bagaimana makhluk-makhluk lain
menemukan jalan mereka? Bagaimana seekor semut yang mencari makan di tengah
padang pasir dapat kembali lagi ke sarangnya tanpa tersesat? Mari kita lihat
sekawanan semut hitam yang membangun sarang mereka di padang pasir. Mereka
adalah semut hitam yang mendiami pesisir pantai Laut Tengah di Tunisia.
Semut-semut ini sangat ahli dalam menemukan jalan mereka di padang pasir yang
begitu luas dan bisa kembali ke sarang mereka tanpa bantuan kompas ataupun peta.
Begitu matahari terbit, suhu di padang pasir mencapai 700 C
(1580 F), wuih panas ya?! Kemudian semut meninggalkan
sarang untuk mencari makan di tengah teriknya hari. Setelah berulang kali
berhenti dan berputar-putar, ia kemudian menjalani jalur berliku dalam wilayah
yang jauhnya sekitar 200 meter (655 kaki) dari sarangnya. Biar lebih asyik,
kalian bisa melihat jalur tersebut pada peta, lho! Hebatnya sang semut, ia tidak
pernah tersesat di jalur yang berliku-liku ini. Sekali ia menemukan sumber
makanan, semut akan mengikuti arah yang lurus dan kembali ke sarangnya. Kalau
dibandingkan dengan ukuran semut yang sangat kecil, perjalanan semut ini
kira-kira sama jauhnya dengan perjalanan seorang manusia yang berjalan pulang
pergi dengan arah lurus setelah menjelajah sejauh 35 sampai 40 kilometer dari
suatu titik di padang pasir. Subhanallah!
Bagaimana mungkin semut itu berhasil melakukan tugasnya yang pasti
tidak mungkin dilakukan manusia? Tidak mungkin semut menemukan arahnya dengan
melihat benda-benda. Tanda-tanda dan penunjuk jalan seperti pohon, bebatuan,
sungai, atau danau yang membantu seseorang menemukan arah sangat jarang terlihat
di padang pasir. Di mana-mana hanya pasir semata. Kalaupun ada tanda-tanda,
tetap akan sama saja karena tidak mungkin seekor semut dapat mengingat
tanda-tanda ini, untuk mengingat tempat mereka berada dan menggunakannya untuk
menemukan jalan. Dengan memikirkan kejadian tersebut dengan cara seperti ini,
kita akan dapat memahami dengan lebih baik, betapa hebatnya tugas yang dilakukan
semut. Semut dapat mengerjakan tugas sulit ini berkat bentuk tubuh istimewa yang
dianugerahkan kepadanya.
Ada suatu sistem penentuan arah yang istimewa pada mata semut.
Sistem yang ditempatkan Allah dalam mata semut ini lebih maju dibanding
alat-alat mekanik untuk menentukan arah. Karena mampu menerima beberapa cahaya
yang tidak bisa kita terima, semut dapat menentukan arah dan mengetahui di mana
utara dan selatan. Berkat kemampuan ini, tidaklah sulit bagi semut untuk
memperkirakan letak sarangnya, dan kembali ke sana.
Manusia terlambat menyadari sifat-sifat cahaya. Namun, semut telah
mengetahui dan memanfaatkan salah satu sifat cahaya yang tidak diketahui oleh
manusia, sejak semut terlahir ke dunia. Sudah pasti, bentuk sempurna seperti
mata semut ini tidak mungkin muncul karena kebetulan-kebetulan yang terjadi
secara acak. Mata semut harus tetap seperti itu sejak semut itu ada. Jika tidak,
semut tidak akan dapat kembali ke sarangnya di tengah panasnya gurun, dan tidak
dapat bertahan. Pastilah mata seluruh semut gurun telah dilengkapi dengan sistem
ini sejak hari pertama mereka muncul ke dunia. Allah, Yang Maha Mengetahui,
menciptakan mata ini untuk mereka.