Al-Falaki. Gelar itu ditabalkan para ilmuwan di era kejayaan
Kekhalifahan Abbasiyah kepada Abu Mashar berkat kehebatannya dalam
bidang astrologi (ilmu perbintangan). Gerrit Bos dalam tulisannya
bertajuk Abu Mashar: The Abbreviation of the Introduction to Astrology,
Together with the Medieval Latin Translation of Adelard of Bath,
menyebut Abu Mashar sebagai astrolog hebat di abad ke-9 M.
Karya-karya
Abu Mashar dalam bidang astrologi begitu populer dan sangat ber pengaru
h bagi peradaban masyarakat Eropa Barat di abad pertengahan, ujar Bos.
Betapa tidak. Sederet adikarya sang Astrolog Muslim itu telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Menurut Bos, Abu Mashar tak hanya
berpengaruh dalam bidang astrologi, ia juga berkontribusi dalam bidang
kedokteran.
Penjelasan mengenai soal epidemik, papar Bos, merupakan salah
satu pengaruh besar Abu Mashar dalam bidang kedokteran di Eropa. Ia
menghubungkan masalah kedokteran dengan fenomena luar angkasa lewat
teorinya yang disangat popular, yakni Theory of the Great Conjunctions.
Menurut
teori ini, hubungan planet tertentu dapat menyebabkan bencana alam dan
politik, tutur Bos. Salah satu bencana besar yang dihubung-hubungkan
para dokter di abad ke -14 dengan teori yang dicetuskan Abu Mashar
adalah fenomena Black Death. Hal ini menunjukkan betapa pemikiran Abu
Mashar begitu berpengaruh terhadap peradaban Barat.
Keiji
Yamamoto dalam tulisannya tentang sejarah hidup Abu Mashar
mengungkapkan, ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-9 M itu terlahir pada
10 Agustus 787 M di Balkh, Persia (sekarang Afganistan). Sejatinya ia
memiliki nama lengkap Jafar ibnu Muhammad Abu Mashar al-Balkhi.
Selain
dikenal dengan sebutan Abu Mashar, atrolog yang satu ini juga biasa
disebut dengan panggilan Abulmazar. Abu Mashar merupakan seorang ilmuwan
serbabisa. Selain dikenal sebagai seorang ahli astrologi (ilmu
perbintangan), Abu Mashar juga menguasai matematika, astronomi, dan
filsafat Islam. Ia menekuni matematika saat berusia 47 tahun, setelah
kenal dan berkecimpung dalam dunia astrologi.
Ia merupakan murid
dari seorang guru yang sangat legendaris, yakni al-Kindi, ilmuwan Muslim
di abad ke-8 M. Seperti sang guru, nama Abu Mas'har begitu populer di
dunia Barat. Abu Ma'shar telah berjasa menyatukan pelajaran ilmu
perbintangan dari berbagai sumber Islam yang luas.
Menurut
Yamamoto, Abu Ma'shar juga merupakan salah satu orang yang berpe -ran
sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Sayangnya, tak banyak umat Islam di era modern yang mengetahui kisah
hidup Abu Mashar. Para sejarawan sains pun sangat jarang mengupas kisah
hidup sang ilmuwan.
Tak heran, jika banyak hal dalam sejarah
hidup sang ilmuwan yang masih misterius dan menjadi perdebatan di
kalangan sejarawan. Menurut Yamamoto, Abu Ma'shar terkenal dengan karya
astrologinya. Yamamoto menuturkan, Abu Ma'shar pernah menulis mengenai
ilmu perbintangan, termasuk tabel astronomi. Ada beberapa pertanyaan
mengenai tanggal kelahiran dan kematiannya, karena pendahulunya
mengetahuinya hanya semata-mata berdasarkan pada kutipan horoskop
(zodiak) yang tak dikenal dalam bukunya yang bertajuk The Revolutions of
the Years of Nativities, papar Yamamoto.
Sejarah hidup Abu
Ma'shar, tutur Yamamoto, ditulis seorang sejarawan pada abad ke-10 M
bernama Ibnu al-Nadim (wafat 995/998 M). Salah satu misteri yang belum
terungkap secara pasti tentang Abu Ma'shar adalah tahun wafatnya.
Yamamoto memperkirakan, Abu Ma'shar wafat di Irak pada tahun 886 M.
Sementara itu, al-Biruni (973-1048M) dalam karyanya bertajuk Chronology
of the Ancient Nation menuturkan bahwa Abu Ma'shar masih melakukan
pengamatan astrologi pada 892 M atau enam tahun sesudah tahun kematian
yang disebutkan oleh para sejarawan. Al-Biruni dalam karyanya Book of
Religions and Dynasties juga mengambil referensi dari karya Abu Ma'shar
mengenai posisi bintang yang ditulis pada 896/897 M.
Karya
tersebut ditulis Abu Ma'shar ketika berusia lebih dari 100 tahun. Ibnu
al-Nadim dalam karyanya Fihrist mengungkapkan bahwa Abu Ma'shar
merupakan ilmuwan dan filsuf yang menentang pandangan Helenistik.
Pandangan Abu Ma'shar ini kemudian dimanfaatkan al-Biruni untuk
memetahkan pendapat filsuf Islam sebelumnya yakni al-Kindi (801-873 M).
Kemasyhuran Abu Ma'shar sebagai ahli astrologi hebat di istana
Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad membuat namanya masuk dalam cerita
tentang astrologi.
Bahkan, Ibnu Tawus (1193n1266 M) mengumpulkan
beberapa anekdot Abu Ma'shar dalam karyanya berjudul Faraj al-Mahmum
(Biografi Para Astrolog). Sayangnya, nyaris semua karya Abu Ma'shar
dalam astronomi telah hilang, dan hanya karya astrologinya dalam bahasa
Arab yang masih tersisa. Nama Abu Ma'shar tampaknya lebih populer di
dunia Barat, ketimbang di dunia Islam modern. Nyaris tak ada pelajaran
yang diajarkan di sekolah di Indonesia yang menyebut nama dan kontribusi
Abu Ma'shar di era kekhalifahan. Sungguh sangat ironis.
Kontribusi Sang Astrolog
Siapa yang membaca akan mengetahui. Siapa yang menulis tak akan
pernah mati. Peribahasa orang Perancis itu menemukan faktanya. Meski Abu
Ma'shar telah tiada belasan abad silam, namun namanya tetap dikenang
dan diperbincangkan kalangan ilmuwan, khususnya di dunia Barat.
Salah
satu buku yang ditulis Charles Burnett bertajuk Abu Ma'shar: The
Abbreviation of the Introduction to Astrology merupakan bukti betapa
pemikiran sang ilmuwan masih dianggap penting oleh dunia Barat.
Richard
Lemay dalam karyanya berjudul Abu Ma'shar and Latin Aristotelianism in
the Twelfth Century, The Recovery of Aristotles Natural Philosophy
through Iranian Astrology, masih tertarik dengan pemikiran sang astrolog
Muslim.
Dalam bukunya itu Lemay berargumentasi bahwa tulisan Abu
Ma'shar sangat mirip dengan salah satu karya terpenting teori
Aristoteles tentang alam. Salah satu karya Abu Ma'shar dalam bidang
astrologi yang sangat berpengaruh berjudul Kitab al-Mudkhal al-Kabir.
Kitab ini terdiri dari 106 bab.
Karyanya ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin pada tahun 1133 M dan tahun 1140 M. Selain itu, buku
yang ditulis Abu Mafshar pun diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Tak
heran, jika buah pikir Abu Mafshar telah memiliki pengaruh yang
signifikan kepada ahli filsafat Barat, salah satunyai Albert The Great.
Abu
Ma'shar juga menulis sebuah versi ringkas dalam mengenalkan karyanya
Kitab Mukhtafar alfMudkhal yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Adelard of Bath. Buku lainnya yang ditulis Abu Ma'shar yang terkenal
dan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin bertajuk Introductorium in
Astronmiam.
Buku itu merupakan terjemahan dari kitab berbahasa
Arab yakni Kitab al-Mudkhal al-Kabir ila eIlm Ahkam Annujjum, yang
ditulis Abu Ma'shar di Baghdad pada 848 M. Kali pertama, kitab itu
dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin oleh John of Seville pada 1133 M,
dan selanjutnya, literatur dibuat lebih sedikit dan ringkas oleh Herman
of Carinthia pada 1140 M.
Karya lainnya yang ditulis Abu Ma'shar
adalah sejarah astrologi yang memperkenalkan tradisi Sasaniah. Ini
dibuat pada era kekuasaan Khalifah al-Mansur, khalifah kedua pada
dinasti Abbasiyah. Ini merupakan bagian strategi politik al-Mansur untuk
memberikan sebuah yayasan untuk lahirnya dinasti baru, dan tentu saja
itu digunakan paling efektif antar Dinasti Abbasiyah sebelumnya.
Buku
Abu Ma'shar yang monumental dalam kategori sejarah adalah Kitab
al-Milal wa-l-Duwal (Kitab tentang agama-agama dan dinasti). Buku itu
terdiri dari delapan bagian dalam 63 bab. Karyanya yang satu ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibaca oleh Roger Bacon, Pierre
dfAilly, dan Pico della Mirandola (1463n1494 M).
Pemikiran Abu
Ma'shar ini tentunya juga dibahas dalam karya besar mereka. Karya lain
dalam kategori ini meliputi Fi dhikr ma tadullu elayhi al-ashkhas
al-fulwiyya, Kitab aldalalat elaalittisalat waqiranat al-kawakib,dan
Kitab aluluf (Book of Thousands), yang tidak bertahan lama tapi
ringkasannya dipelihara oleh Sijzi (945-1020M).
Karya lainnya
dari sang ilmuwan dikategorikan dalam genethlialogi, ilmu pengetahuan
mengenai pemilihan kelahiran. Salah satu contoh adalah Kitab Tahawil
Sini al-Mawalid (Book of the revolutions of the years of nativities).
Buku
ini juga telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Yunani. Kitab itu
terdiri dari sembilan volume dan terbagi menjadi 96 bab. Yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani hanya lima volume dan terdiri dari
57 bab.
Karya lain Abu Ma'shar yang masuk dalam kategori ini
adalah Kitab Mawalid al-Rijal wa-al-Nisa atau (Buku Asal Pira dan
Wanita). Dalam karyanya Introductorium in Astronomiam and De magnis
coniunctionibus, Abu Ma'shar, mengatakan, dunia diciptakan ketika tujuh
planet bergabung dengan Aries, dan ramalan itu bisa berakhir ketika
fenomena yang sama terjadi pada Pisces.
Terjemahan kedalam bahasa
Latin dan dalam bahasa sehari-hari menjadikan karyanya beredar luas di
Eropa dan menjadi sumber inspirasi untuk literatur penggambaran
astrologi dengan beberapa pengarang minor awal era modern.
Astronomi
Abu
Ma'shar mengembangkan model planet yang beberapa penafsiran sebagai
sebuah model heliosentrik. Ini menunjukkan pada revolusi orbital planet
diberikan sebagai revolusi heliosentrik lebih baik dari pada revolusi
geosentrik dan hanya diketahui teori planet di kejadian ini dalam teori
heliosentrik.
Karyanya dalam teori planet tidak dapat bertahan,
tapi data astronomnya terakhir direkam oleh al-Hashimi dan al-Biruni,
jelas Bartel Leendert van der Waerden dalam karyanya The Heliocentric
System in Greek, Persian and Hindu Astronomy.(rp) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar