Muhammad Yunus
Muhammad Yunus (bahasa Bengali: মোহাম্মদ ইউনুস), lahir di Chittagong, East Bengal, kini Bangladesh), 28 Juni 1940; umur 71 tahun) adalah seorang bankir dari Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum. Yunus mengimplementasikan gagasan ini dengan mendirikan Grameen Bank. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XII 2001.
Ia terpilih sebagai penerima Penghargaan Perdamaian Nobel (bersama dengan Grameen Bank) pada tahun 2006.
Pendidikan
Yunus lahir di Chittagong, dan belajar di Chittagong Collegiate School dan Chittagong College. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang Ph.D. di bidang ekonomi di Universitas Vanderbilt pada tahun 1969. Selesai kuliah, ia bekerja di Universitas Chittagong sebagai dosen di bidang ekonomi. Saat Bangladesh mengalami bencana kelaparan pada tahun 1974, Yunus terjun langsung memerangi kemiskinan dengan cara memberikan pinjaman skala kecil kepada mereka yang sangat membutuhkannya. Ia yakin bahwa pinjaman yang sangat kecil tersebut dapat membuat perubahan yang besar terhadap kemampuan kaum miskin untuk bertahan hidup.
Pada tahun 1976, Yunus mendirikan Grameen Bank yang memberi pinjaman pada kaum miskin di Bangladesh. Hinggal saat ini, Grameen Bank telah menyalurkan pinjaman lebih dari 3 miliar dolar ke sekitar 2,4 juta peminjam. Untuk menjamin pembayaran utang, Grameen Bank menggunakan sistem "kelompok solidaritas". Kelompok-kelompok ini mengajukan permohonan pinjaman bersama-sama, dan setiap anggotanya berfungsi sebagai penjamin anggota lainnya, sehingga mereka dapat berkembang bersama-sama.
Keberhasilan model Grameen ini telah menginspirasikan model serupa dikembangkan di dunia berkembang lainnya, dan bahkan termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat.
Perjalanan Hidup
Perjuangan 30 tahun lebih mengentaskan kemiskinan kini telah
menampakkan hasil. Itulah gambaran perjuangan tanpa kenal lelah yang
dilakukan Muhammad Yunus, seorang dosen ekonomi yang kemudian
mengabdikan hidupnya dengan mendirikan bank untuk mengentaskan
kemiskinan di negaranya, Bangladesh, dengan nama Grameen Bank atau bank
desa.
Berkat perjuangan tanpa kenal lelah dan penuh ketulusan, ia telah
mendapat penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2006 lalu, meski ia bukanlah
seorang negarawan atau politikus, sebagaimana yang selama ini
mendominasi penerima Nobel tersebut.
Ia mendapatkan penghargaan tersebut bukan pada upayanya mendamaikan
peperangan yang berkecamuk di dunia, tapi berkat perjuangannya
memenangkan peperangan melawan kemiskinan. Sebab, menurut pihak pemberi
hadiah Nobel, perdamaian yang berkesinambungan tidak akan dapat dicapai
kecuali populasi dalam jumlah besar menemukan cara untuk keluar dari
kemiskinan, dan itulah yang dirintis Yunus sejak tahun 1974 silam.
Apa yang telah diraih dan dibuktikan oleh
Muhammad Yunus sebenarnya bermula dari hal sederhana, yakni keinginan
menolong seorang ibu untuk mengentaskannya dari kemiskinan. Hal itu
berangkat dari keprihatinannya saat melihat kenyataan di negaranya
dimana terdapat begitu banyak orang miskin yang terancam kelaparan. Saat
itu, ia berpikir, untuk melakukan sesuatu yang dapat ia kerjakan
sebagai sesama manusia guna mencegah kematian, walaupun hanya menyangkut
satu orang saja.
Ternyata, dari satu orang ibu, lama kelamaan semakin banyak ibu yang
dibiayai oleh Yunus dari hasil meminjam uang di bank kampus tempat ia
mengajar. Ia mampu meyakinkan pihak bank, bahwa orang-orang desa bakal
sanggup mengembalikan uang yang dipinjamnya. Dan ternyata benar, dari
satu orang yang dibiayai Yunus, berkat kegigihan mendampingi dan
membantu mereka, jumlah itu terus berkembang menjadi ratusan orang.
Kemudian, dari satu desa berkembang menjadi ratusan desa. Itulah cikal
bakal bank yang sekitar 25 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 2
Oktober 1983, menjadi sebuah bank resmi yang independen yang diberi nama
Grameen Bank, yakni sebuah organisasi unik yang didirikan dengan tujuan
utama menyalurkan kredit mikro bagi kaum miskin di negaranya.
Sejak resmi menjadi bank, dengan filosofi yang terus dipegangnya, yakni
tidak memberi ikan melainkan memberi pancing kepada kaum papa untuk
mencari ikan sendiri, Grameen Bank terus berkembang. Pada sekitar tahun
2003, kelahiran Chittagong 28 Juni 1940 ini kemudian juga mengembangkan
sebuah program untuk mengentaskan kehidupan pengemis dengan program “The
Struggling Members Program”. Melalui program itu, sekitar 47 ribu lebih
pengemis di Bangladesh telah terbantu. Dan berkat program itu, kini
ribuan pengemis di sana sudah mampu mandiri dengan menjadi pengusaha
kecil, tanpa meminta-minta lagi. Puluhan ribu desa di Bangladesh kini
juga sudah dirambah Grameen Bank. Dan, dengan ribuan pegawai, ditambah
berbagai program yang langsung memberi dampak pada masyarakat bawah,
bank itu telah berkembang dan bahkan mampu memberikan pinjaman hingga
miliaran dolar Amerika!
Kisah Muhammad Yunus adalah sebuah bukti bahwa ketulusan yang disertai
pengabdian akan memberikan hasil yang luar biasa. Muhammad Yunus yang
awalnya hanya seorang dosen yang ingin membantu seorang ibu dari
keterpurukan, kini telah mampu memberi sesuatu yang jauh melebihi apa
yang dibayangkannya, mengentaskan kemiskinan di negerinya dan mendapat
penghargaan prestisius Nobel Perdamaian 2006.
Apa yang bisa kita petik dari kisah Muhammad Yunus ini? Mulailah segala
sesuatu dari yang sederhana, dari yang kecil, dari apa yang kita bisa.
Asal dapat memberi manfaat bagi orang lain, dampaknya akan terus menular
dan berkembang menjadi kebaikan yang akan terus menjadi besar. Muhammad
Yunus adalah contoh nyata dan teladan pribadi yang luar biasa. Dia
dapat memanfaatkan ilmu yang dimiliki, empati, serta cintanya yang besar
terhadap kehidupan untuk menjawab kebutuhan banyak orang di
sekelilingnya dengan solusi sederhana pada awalnya.
ref.
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Yunus
http://motivation.byethost9.com/archives/479
Tidak ada komentar:
Posting Komentar